--> Skip to main content

Peristiwa 10 November 1945


Jutaan tahun lamanya umur alam semesta yang hingga saat ini masih bisa kita rasakan keindahanya. Jutaan tahun pula umur bumi kita yang saat ini menjadi tempat untuk berpijak, di bawah naungan langit biru nan indah tak bertiang, kita menjadi saksi atas segala perbuatan manusia dari setiap zaman yang telah dilalui hingga detik ini. Zaman selalu berubah dari tahun ke tahun, dan  kita telah berada di zaman yang saat ini kebanyakan orang lebih cinta terhadap dunia fana daripada kehidupan kekal akhirat tanpa mereka sadari.

“Pondok Pesantren adalah benteng terkuat untuk negeri ini, jikalau benteng itu runtuh hancurlah negeri ini”  begitu ujar Muhamma Nuh. jika kita berkaca pada diri kita, menjadi santri adalah anugerah yang harus kita memanfaatkan sebaik mungkin. Di luar sana teknologi bernama internet membawa manusia masuk ke dalam jurang keburukan, hingga menjauhkan kita kepada Sang Ilahi, Pencipta Alam Semesta. 

Bahkan kita bisa mengambil banyak pelajaran dan banyak pengalaman yang hampir tidak bisa kita dapatkan di luar sana. Salah jika ada yang mengatakan, “jadi santri itu ribet, banyak peraturannya, mau ngapa-ngapain susah, kaya’ hidup di penjara!”. Jauh dari itu, kita dididik untuk bisa berdisiplin, mengatur waktu di setiap kegiatan. Bersikap dewasa, memberikan solusi terhadap masalah yang sedang kita hadapi. Selalu bisa berkreasi dengan keterbatasan yang dimiliki. Dan keuntungannya tentu akan kita peroleh di masa yang akan datang menanti kita, masa depan.

Fakta mengagumkan datang dari sejarah Indonesia, sebuah fakta yang belum banyak orang tahu karena ‘sengaja’ tidak di tuliskan oleh sebagian sejarawan untuk kepentingan tertentu, atau memang tidak  terlalu diperhatikan oleh para sejarawan karena kurang menarik dan tidak mencolok. Beruntung masih ada sejarawan yang teliti dan menganggap bahwa sejarah ini begitu penting dan harus diketahui oleh setiap orang, khususnya para pemuda di negeri ini, agar bisa menghargai jasa pahlawanya, terutama yang diberikan oleh “ulama dan santri”.

Sejarah mengatakan, jauh 70 tahun yang lalu setelah Indonesia merdeka, negara-negara yang tidak terima atas kemerdekaan Indonesia kembali datang dengan membawa kekuatan penuh demi merebut kembali tanah air Indonesia. Belanda yang pernah menjajah Indonesia pun tak segan-segan menggempur Indonesia dengan segala cara agar mereka dapat memperoleh tanah jajahan yang dulu sempat mereka rampas.

Peperangan demi peperangan terjadi hampir di tiap daerah, khususnya di Pulau Jawa, dimana pusat pemerintahan Indonesia berada di pulau itu. Namun, masyarakat Indonesia tetap berpegang teguh tarhadap tali persatuan yang mengkokohkan mereka dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tak jarang dari mereka yang terluka bahkan terbunuh akibat serangan yang dilancarkan oleh tentara sekutu, tak sedikit orang yang kehilangan harta bahkan keluarganya akibat kekejaman tentara sekutu. Tetapi, hal itu tidak menyurutkan keinginan mereka untuk tetap berusaha sepenuh tenaga untuk meraih kembali hak mereka yang di rampas, Kemerdekaan.


Tepatnya di Surabaya, setelah kejadian terbunuhnya Jendral AWS Mallaby, panglima Inggris Robert Mansergh yang menggantikannya memberikan ultimatum kepada seluruh rakyat Surabaya untuk menyerahkankan senjata mereka kepada tentara Inggris. Namun, peraturan itu tidak di indahkan oleh masyarakat Surabaya. Sesuai waktu yang telah ditetapkan, tanggal 10 November 1945 tepatnya jam 10:00, karena ketidakpatuhan masyarakat Surabaya terhadap perintah tentara Inggris, pasukan Inggris melancarkan serangan dari setiap elemen, darat, laut, dan udara untuk menghancurkan seluruh isi kota Surabaya. Setelah mendengar kabar bahwa tentara Inggris akan menyerang Surabaya, masyarakat Surabaya tidak gentar sedikit pun, bahkan semakin tersulut kobaran api semangat mereka untuk melawan tentara sekutu dengan segenap elemen yang dimilikinya.

Namun tak banyak yang tahu di balik peperangan bersejarah melawan 24.000 tentara Inggris di Surabaya. Ya... Seperti yang sudah kalian kira, ulama dan santri-lah yang menjadi dalang atas kemenangan perang besar tersebut. KH Abbas Abdul Jamil, ulama terkemuka dari Jawa Barat membawa santrinya yang berasal dari Cirebon, memimpin kemenangan bersejarah itu. 

Perlu kalian ketahui bahwa peperangan yang terjadi tanggal 10 November 1945 telah di rencanakan oleh KH Abbas Abdul Jamil. Karena pada saat itu masyarakat Indonesia lebih taat kepada para ulama di bandingkan pemerintah, bahkan mereka taat pada peraturan yang di keluarkan PBNU pada tanggal 10 Oktober 1945 yang di kenal dengan sebutan “Resolusi Jihad”. Gerakan ini membuat masyarakat Surabaya semakin kokoh dengan semangat mereka melawan para penjajah Inggris dan Belanda. Lebih mengejutkan lagi adalah pembunuh jendral AWS Mallaby ternyata seorang “santri” dari Cirebon yang di bawa oleh KH Abbas Abdul Jamil, karena ketika itu KH Abbas membawa santri sebanyak 2 gerbong kereta untuk melawan gempuran tentara penjajah.

Sungguh jelas penyebab kemenangan perang besar ini tak terlepas dari peran ulama dan santri yang semangat dalam menegakkan syari’at Islam. KH Hasim Asy’ari pada saat itu berkata “Syari’at Islam tidak akan berdiri di negeri yang sedang terjajah.....!”. Perkataan itulah yang membakar semangat para santri dan juga masyarakat Surabaya untuk melawan para penjajah. 

Lebih dari itu seorang orator terkenal yaitu Sutomo, atau biasa kita sebut dengan panggilan Bung Tomo sebelum melakukan orasinya, beliau ternyata meminta nasihat kepada  KH Hasyim Asy’ari, dan masih banyak lagi fakta sejarah yang saat ini tidak banyak orang tahu, seperti teriakan takbir saat perang berkecamuk di Surabaya hingga akhirnya panglima Zia Ul-haq (panglima asal india yang membela sekutu) mundur dari jabatanya karena melihat kejadian itu. Sebab itulah para tentara sekutu kocar-kacir dan menjadi salah satu alasan mengapa tentara sekutu kalah dalam perang.

Hingga akhirnya peperangan itu di akhiri dengan mundurnya pasukan sekutu dan menjadi kemenangan manis untuk masyarakat Surabaya dan lepasnya negara Indonesia dari cengkraman para penjajah. Sejarah itu menjadikan tanggal 10 November menjadi Hari Pahlawan bagi bangsa ini.

Kita semua tahu, di luar sana dunia sudah sulit untuk membentengi diri sendiri dengan kekuatan iman dan takwa, dan menjadikan umat manusia semakin lupa terhadap dirinya sendiri, juga menjauhkan kita terhadap tuhan. Tawuran dimana-mana, kemaksiatan merajalela, hingga lingkungan yang semena-mena. 

Bahkan ada orang yang mengatakan, “Zaman sekarang manusia tidak butuh tuhan, karena dengan teknologi manusia bisa menjalankan kehidupan!”. Itu yang orang barat katakan, seiring dengan adanya mesin canggih pengganti jantung, mesin pengganti bebagai alat tubuh, hingga mesin pengatur cuaca dengan merubah partikel-partikel di udara. 

Satu hal lagi yang perlu di ingat, bahwa kita adalah generasi muda yang suatu saat akan memegang kekuasaan pemerintah di Indonesia, negeri kita tercinta. Alangkah indahnya jikalau setiap menunggu untuk rapat para pejabat mengeluarkan mushaf Al-Qur’an untuk kemudian mereka lantunkan dengan begitu indahnya, alangkah indahnya setiap hari senin dan kamis para pejabat mengadakan agenda buka puasa bersama di ikuti dengan masyarakat yang juga berpuasa. Mustahil?. Impossible Is Nothing!
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar