Lagu Gundul Gundul Pacul merupakan lagu daerah berasal dari Jawa Tengah. Pencipta lagu ini masih menjadi perbincangan masyarakat, ada beberapa versi tentang siapa pencipta lagu ini. Di dalam buku lagu - lagu daerah, nama R. C. Hardjosubroto tercantum sebagai pencipta lagu gundul gundul pacul. Namun, konon lagi ini merupakan gubahan dari Sunan Kalijaga dan teman - temannya saat masih remaja. Ada juga yang mengatakan lagu ini adalah karya dari Raden Umar Said (Sunan Muria).
Terlepas dari polemik itu, lagu ini memiliki hal yang menarik dari sebuah kajian tentang lagu dolanan Jawa yang sudah lama sekali dikenal oleh masyarakat luas secara turun temurun. Lagu Gundul-Gundul Pacul memiliki syair sangat sederhana dan banyak anak-anak Jawa bahkan se-Indonesia hafal lagu ini. Namun, ternyata lagu sederhana ini memiliki makna filosofis dan kehidupan yang sangat dalam dan bermakna.
Mari kita bahas satu persatu makna dari lagu ini:
Gundul-gundul pacul cul
Gembelengan
Nyunggi-nyunggi wakul kul
Gembelengan
Wakul nggelimpang segane dadi sak latar 2x”
Gundul menurut orang jawa seringkali menggunakan istilah ini untuk kepala yang tidak memiliki rambut alias plontos. Namun kita akan melihat ‘kepala’ itu sendiri yang dianggap selama ini oleh para kawula sebagai lambang kehormatan dan kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Maka gundul artinya kehormatan yang tanpa mahkota.
Sedangkan pacul: adalah cangkul yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. Pacul adalah lambang kawula rendah yang kebanyakan adalah petani.
Jadi, Gundul pacul mengandung makna; seorang yang memimpin bukanlah orang yang diberi mahkota, namun seorang pembawa cangkul yang harus memperjuangkan rakyatnya, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dikalangan Jawa makna filosofi pacul merupakan sebuah singkatan yang berarti ‘papat kang ucul’ yaitu mata. telinga, hidung dan mulut. Jadi kemuliaan seorang pemimpin bergantung bagaimana dia mempergunakan pacul tersebut.
Ada juga menurut Orang Jawa yang memaknai pacul sebagai papat kang ucul (empat yang lepas). Artinya bahwa: kemuliaan seseorang akan sangat tergantung kepada empat hal, yaitu:
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.
2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil.
Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya. karena itu ‘Gundul-gundul Pacul’ bisa dimaknai dengan dua hal:
Seorang pemimpin harus amanah, jangan hanya memikirkan kehormatannya
Gambaran seorang pemimpin yang tidak amanah, yang sudah kehilangan empat indera dan tidak sanggup lagi untuk menggunakan empat indra tersebut sebaik-baiknya.
Adapun Gembelengan maknanya adalah; besar kepala atau sombong dalam mempergunakan kekuasaanya. Seorang pemimpin hendaklah menjaga sikap agar tidak gembelangan dalam memimpin rakyat. Jadi makna ‘nyunggi wakul gembelengan’ adalah seorang pemimpin yang semena-mena menyandang amanah rakyat.
Jadi, “Gundul-gundul pacul cul gembelengan’ artinya seorang pemimpin yang sejatinya harus menunaikan amanah rakyat ternyata menjadi sombong, selengekan, clelak-clelek, dan menjadikan kehormatannya sebagai sebuah permainan.
Sedangkan ‘Nyunggi-nyunggi wakul kul” artinya seorang pemimpin harus selalu nyunggi wakul (memikul bakul/tempat nasi, yang berarti mengupayakan kesejahteraan rakyat dan menjunjung amanah rakyat)
Namun jika kita melihat dalam realitasnya, sering ditemui pemimpin yang ‘nyunggi-nyunggi wakul kul gembelengan’ atau pemimpin yang hanya memikul beban untuk kepentingan perutnya sendiri. Kemudian 'wakul' bisa diartikan sebagai ketenteraman rakyat, jika ‘wakul ngglimpang segane dadi sak latar’ berarti pemimpinnya semena-mena dalam menjadi penguasa atau pemerintah, sehingga kesejahteraan rakyat akan tumpah dan akhirnya akan menjadi kacau masyarakatnya tercerai - berai.
Intinya, kita harus memilih pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab atas apa yang telah diberikan kepadanya dengan mengayomi rakyatnya. Jangan sampai kita memilih pemimpin yang memikirkan perutnya sendiri, sehingga nanti tidak akan ada kesejahteraan dan ketentraman bagi rakyatnya.
Begitulah makna lagu gundul-gundul pacul yang saua baca dari beberapa sumber. Jika masih ada yang salah atau kurang lengkap, bisa tulis di komentar di bawah ini. Dan semoga sebagai anak bangsa kita tetap terus menjaga budaya bangsa kita dan terus memerikan yang terbaik untuk masa depan Bangsa Indonesia.
Terlepas dari polemik itu, lagu ini memiliki hal yang menarik dari sebuah kajian tentang lagu dolanan Jawa yang sudah lama sekali dikenal oleh masyarakat luas secara turun temurun. Lagu Gundul-Gundul Pacul memiliki syair sangat sederhana dan banyak anak-anak Jawa bahkan se-Indonesia hafal lagu ini. Namun, ternyata lagu sederhana ini memiliki makna filosofis dan kehidupan yang sangat dalam dan bermakna.
Mari kita bahas satu persatu makna dari lagu ini:
Gundul-gundul pacul cul
Gembelengan
Nyunggi-nyunggi wakul kul
Gembelengan
Wakul nggelimpang segane dadi sak latar 2x”
Gundul menurut orang jawa seringkali menggunakan istilah ini untuk kepala yang tidak memiliki rambut alias plontos. Namun kita akan melihat ‘kepala’ itu sendiri yang dianggap selama ini oleh para kawula sebagai lambang kehormatan dan kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Maka gundul artinya kehormatan yang tanpa mahkota.
Sedangkan pacul: adalah cangkul yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. Pacul adalah lambang kawula rendah yang kebanyakan adalah petani.
Jadi, Gundul pacul mengandung makna; seorang yang memimpin bukanlah orang yang diberi mahkota, namun seorang pembawa cangkul yang harus memperjuangkan rakyatnya, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dikalangan Jawa makna filosofi pacul merupakan sebuah singkatan yang berarti ‘papat kang ucul’ yaitu mata. telinga, hidung dan mulut. Jadi kemuliaan seorang pemimpin bergantung bagaimana dia mempergunakan pacul tersebut.
Ada juga menurut Orang Jawa yang memaknai pacul sebagai papat kang ucul (empat yang lepas). Artinya bahwa: kemuliaan seseorang akan sangat tergantung kepada empat hal, yaitu:
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.
2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil.
Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya. karena itu ‘Gundul-gundul Pacul’ bisa dimaknai dengan dua hal:
Seorang pemimpin harus amanah, jangan hanya memikirkan kehormatannya
Gambaran seorang pemimpin yang tidak amanah, yang sudah kehilangan empat indera dan tidak sanggup lagi untuk menggunakan empat indra tersebut sebaik-baiknya.
Adapun Gembelengan maknanya adalah; besar kepala atau sombong dalam mempergunakan kekuasaanya. Seorang pemimpin hendaklah menjaga sikap agar tidak gembelangan dalam memimpin rakyat. Jadi makna ‘nyunggi wakul gembelengan’ adalah seorang pemimpin yang semena-mena menyandang amanah rakyat.
Jadi, “Gundul-gundul pacul cul gembelengan’ artinya seorang pemimpin yang sejatinya harus menunaikan amanah rakyat ternyata menjadi sombong, selengekan, clelak-clelek, dan menjadikan kehormatannya sebagai sebuah permainan.
Sedangkan ‘Nyunggi-nyunggi wakul kul” artinya seorang pemimpin harus selalu nyunggi wakul (memikul bakul/tempat nasi, yang berarti mengupayakan kesejahteraan rakyat dan menjunjung amanah rakyat)
Namun jika kita melihat dalam realitasnya, sering ditemui pemimpin yang ‘nyunggi-nyunggi wakul kul gembelengan’ atau pemimpin yang hanya memikul beban untuk kepentingan perutnya sendiri. Kemudian 'wakul' bisa diartikan sebagai ketenteraman rakyat, jika ‘wakul ngglimpang segane dadi sak latar’ berarti pemimpinnya semena-mena dalam menjadi penguasa atau pemerintah, sehingga kesejahteraan rakyat akan tumpah dan akhirnya akan menjadi kacau masyarakatnya tercerai - berai.
Intinya, kita harus memilih pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab atas apa yang telah diberikan kepadanya dengan mengayomi rakyatnya. Jangan sampai kita memilih pemimpin yang memikirkan perutnya sendiri, sehingga nanti tidak akan ada kesejahteraan dan ketentraman bagi rakyatnya.
Begitulah makna lagu gundul-gundul pacul yang saua baca dari beberapa sumber. Jika masih ada yang salah atau kurang lengkap, bisa tulis di komentar di bawah ini. Dan semoga sebagai anak bangsa kita tetap terus menjaga budaya bangsa kita dan terus memerikan yang terbaik untuk masa depan Bangsa Indonesia.